Cepu Raya Bisa Jadi Kota Pendidikan, Bukan Cuma Wacana di Atas Kertas
Angin perubahan semilir-semilir tapi tajam berhembus dari arah timur Jawa Tengah, tepatnya dari ujung timur Kabupaten Blora. Kawasan Cepu Raya sedang bergerak ke arah baru; mimpi besar menjadi Kota Pendidikan. Bukan, ini bukan mimpi siang bolong sambil rebahan di bawah pohon jati. Ini serius. Ada seorang tokoh yang jadi motor penggeraknya—H. Abdullah Aminudin, anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah dari Fraksi PKB.
Kalau nama itu terdengar familiar, ya wajar. Beliau memang bukan pendatang baru di panggung pembangunan. Dari urusan ekonomi sampai investasi, Aminudin terlibat langsung dengan model yang gak setengah-setengah,toko segede Galaksi di Blora itu miliknya. Tapi siapa sangka, hatinya ternyata juga berlabuh di dunia pendidikan. Buat beliau, masa depan daerah enggak cuma soal jalan mulus dan gedung megah, tapi juga tunas-tunas muda Blora yang penuh isi dan visi.
Sosok Serius yang Nggak Serius-Serius Amat
Jangan dibayangkan Aminudin seperti politisi textbook yang cuma tampil di baliho pas musim pemilu. Beliau itu tipikal pejuang pembangunan yang hobi turun gunung. Emang fokusnya nggak cuma ke Blora, tapi juga Grobogan dan wilayah-wilayah yang diam-diam potensial. Salah satu yang paling ia dorong habis-habisan adalah transformasi Cepu Raya jadi episentrum pendidikan. Dan ya, bukan pendidikan yang sekadar cetak ijazah, tapi yang bisa nyambung langsung ke dunia kerja dan industri.
Coba bayangin, dalam diskusi hangat ala Focus Group Discussion di Mr. Green Blora beberapa bulan lalu, Aminudin ngobrolin betapa strategisnya Cepu Raya. Menurut dia, kalau dibekali kebijakan jitu dan dukungan masyarakat yang aktif, kawasan ini bisa jadi lumbung SDM berkualitas, gak hanya buat Jateng, tapi untuk Indonesia. Aku Cinta Indonesia pokokmen!
Jalan Panjang Penuh Arah
Perjalanan menuju Cepu Raya sebagai Kota Pendidikan enggak bisa ditempuh pakai sepatu pantofel doang. Butuh regulasi. Aminudin sama Cak Sin Bapemperda DPRD Kabupaten Blora yang juga kader PKB, pernah dorong lahirnya Peraturan Daerah yang bisa jadi fondasi legal buat semua lembaga pendidikan, riset, dan pelatihan vokasi. Dia juga nyari cara biar investor nggak mikir dua kali buat bangun kampus atau sekolah unggulan di Blora. Perizinan dipermudah, insentif disiapkan, dan infrastruktur dipoles.
Tapi tunggu dulu, ini nggak melulu soal perda dan rapat formal. Aminudin ternyata juga pernah ngajak ngobrol para guru, pemuda, dan tokoh masyarakat. Diskusinya santai tapi tajam, tentang kurikulum yang relevan dengan dunia kerja, 'gak ming' hafalan yang bikin ngantuk. Bahkan, dia juga dorong pengembangan fasilitas kayak jalan akses, internet cepat, sampai perpustakaan digital. Biar siswa nggak ketinggalan zaman.
Bukti Nyata, Bukan Janji Belaka
Sudah ada langkah konkret yang bikin kita semua angkat topi. Salah satunya tentang wacana pelatihan guru berbasis teknologi kekinian, yang ngusung metode “learning by doing” ala John Dewey—bukan “learning by leha-leha”. Ada juga program beasiswa lokal yang menyentuh siswa dari keluarga kurang mampu, jadi mereka bisa tetap mengejar mimpi tanpa harus mikir biaya.
Lebih dari itu, pendidikan vokasi juga diperkuat. SMK dan kampus mulai dikaitkan dengan industri energi dan agro yang tumbuh di Cepu Raya. Jadi, lulusan bukan cuma bisa lulus, tapi juga langsung kerja, dan syukur-syukur bisa jadi entrepreneur lokal baik bisnis atau industri pertanian.
Rintangan? Ada. Tapi Solusinya Juga Disiapin
Namanya juga membangun daerah, pasti ada tantangan. Dari anggaran yang mepet sampai regulasi yang jalannya kayak kura-kura sakit gigi. Tapi Aminudin enggak tinggal diam. Skema kemitraan publik-swasta didorong buat nutup celah pendanaan. Sementara itu, kesadaran masyarakat digugah lewat kampanye “Cepu Raya Cerdas”—kontennya asyik, relatable, dan menyentuh semua lapisan warga.
Urusan birokrasi yang biasanya ruwet juga dipangkas lewat koordinasi cepat dengan Dinas Pendidikan dan kementerian. Semua dikejar, biar waktu enggak habis cuma buat nunggu paraf.
Masa Depan yang Layak Diperjuangkan
Dengan semua gerak nyata itu, menurut Kaji Amin, Cepu Raya punya kans besar buat jadi bintang baru di dunia pendidikan nasional. Kalau sekarang infrastrukturnya mulai dibenahi, sistem pendidikannya diperkuat, dan semangat belajarnya dipantik, bayangkan apa yang bisa dicapai dalam lima atau sepuluh tahun ke depan.
Generasi baru yang lahir dari tanah Cepu bukan cuma siap kerja, tapi juga siap memimpin. Dan siapa tahu, di antara mereka ada yang kelak membangun Cepu Raya jadi miniatur Indonesia yang sesungguhnya: berbudaya, berilmu, dan berdaya saing global.