Gus Jabo, Transformasi Bansos Dari Alat Bertahan Menuju Pemberdayaan Ekonomi
Pemerintah melalui Kementerian Sosial RI menegaskan bahwa bantuan sosial (bansos) tidak boleh sekadar menjadi instrumen mempertahankan kemiskinan, tetapi harus menjadi alat yang membebaskan rakyat dari kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono atau Gus Jabo dalam wawancara inspiratif bersama Merry Riana.
"Kita tidak ingin bansos hanya jadi alat mempertahankan kemiskinan. Tapi harus jadi alat untuk membebaskan rakyat dari kemiskinan, lewat pemberdayaan ekonomi," ujar Agus Jabo.
Paradigma Baru Bansos, Mewujudkan Kemandirian Masyarakat
Konsekuensi dari transformasi paradigma perlindungan sosial ini adalah pergeseran fokus kebijakan dan program bansos dari sekadar bantuan konsumtif menuju peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat. Prioritas utama Kementerian Sosial kini lebih menitikberatkan pada:
- Pelatihan dan Peningkatan Keterampilan
Masyarakat penerima bansos akan difasilitasi dengan berbagai program pelatihan keterampilan yang relevan dengan potensi ekonomi daerah mereka. Langkah ini bertujuan agar mereka memiliki kemampuan untuk berwirausaha dan meningkatkan taraf hidup secara mandiri. - Dukungan Modal dan Peralatan Usaha
Pemerintah akan memperluas skema bantuan dalam bentuk modal usaha dan peralatan produktif bagi masyarakat miskin, khususnya bagi mereka yang memiliki potensi mengembangkan usaha mikro dan kecil. - Pendampingan dan Akses Pasar
Tidak hanya diberikan pelatihan dan modal, tetapi juga pendampingan untuk memastikan usaha mereka berkembang serta akses ke pasar yang lebih luas, sehingga hasil produksi bisa terjual dengan maksimal.
Dukungan dari Tokoh Masyarakat Cepu Raya
Transformasi bansos ini mendapat apresiasi positif dari berbagai tokoh masyarakat, termasuk dari kawasan Cepu Raya yang memiliki potensi ekonomi berbasis sumber daya alam dan industri kreatif. Salah satu tokoh masyarakat Cepu Raya menyatakan bahwa pendekatan pemberdayaan dalam bansos sangat relevan untuk daerah ini.
"Kawasan Cepu Raya memiliki sejarah panjang dalam industri minyak dan gas serta berbagai potensi ekonomi berbasis sumber daya lokal. Jika bansos diarahkan untuk pelatihan keterampilan dan pengembangan usaha, maka masyarakat akan lebih mandiri dan tidak bergantung pada bantuan sosial secara terus-menerus," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya integrasi program bansos dengan revitalisasi industri lokal, seperti pengolahan besi Bengawan Solo, produksi keramik Jepon, dan penguatan UMKM berbasis budaya serta agraria.
Harapan Menuju Bansos yang Lebih Berdampak
Perubahan paradigma ini diharapkan menjadi langkah maju bagi pengentasan kemiskinan yang lebih sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendekatan pemberdayaan, bansos tidak hanya menjadi solusi sementara tetapi berperan sebagai fondasi bagi masyarakat untuk mencapai kemandirian ekonomi.
Apakah program ini benar-benar akan mengubah lanskap bantuan sosial di Indonesia? Waktu yang akan membuktikan. Namun, dengan komitmen pemerintah untuk fokus pada pemberdayaan, harapan untuk masyarakat yang lebih mandiri semakin besar.